Senin, 30 Mei 2011

Tips Mengembangkan Kreativitas Anak

Kreativitas Anak
Ingin si kecil kreatif? Tentu jawabannya pasti iya. Memberikan ragam mainan edukatif menjadi salah satu cara. Ada juga yang mendaftarkan si kecil ikut berbagai kursus hanya semata-mata agar minat, bakat, dan kreativitas berkembang optimal. Bagaimana agar bisa berjalan dengan baik? inilah triknya:
Kreativitas anak bisa diasah dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di sekililing kita, terutama di rumah. Contoh, anak bisa memanfaatkan sofa atau kursi tamu ibarat sebuah mobil atau bus. Bantal bulat bisa dijadikan setirnya. Contoh lain, kardus berkas televisi dan kulkas bisa di pergunakan sebagai rumah-rumahan.

Imajinasi anak yang begitu variatif dapat mengubah sebuah benda menjadi sesuatu yang lain. Sedang peralatan atau benda-benda kecil yang juga dapat dipakai sebagai sarana mengasah kreativitas anak. Di antaranya adalah kertas, kardus kecil / kaleng kecil, kain perca, kaus kaki, balok-balok, stik es krim, tanah liat, pasir dan sebagainya.

Keterlibatan Orangtua
Proses kreatif merupakan wujud aktualisasi diri anak saat bereksperimen, bereksplorasi, serta menemukan berbagai alternatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Anak pun merasa senang dan bangga ketika wujud kreatifitasnya sesuai dengan imajinasi atau harapannya.
Nah agar potensi kreatif ini berkembang optimal, ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan orangtua,yaitu:
  • Berikan Kesempatan Luas
  • Mendampingi Saat Bermain
  • Jangan Terlalu Ikut Campur!
  • Jangan Emosional!
Berikan Kesempatan Luas
Berikan kesempatan kepada anak untuk selalu bereksplorasi. Sediakan fasilitas untuk mendukung aktivitas kreatifnya. Tidak harus dengan mainan edukatif yang harganya selangit, bisa juga memanfaatkan barang-barang bekas di rumah, seperti kardus, kaleng susu, botol minuman, bungkus rokok, dan sebagainya.

Mendampingi Saat Bermain
Kedekatan dan interaksi yang hangat serta komunikasi yang baik antara orangtua dan anak sangat penting dalam mengembangkan potensi kreativitasnya.
Ini berarti jangan menyuruh di kecil mengutak-atik mainannya sendirian. Sebakiknya, temani ia dengan aktif. Dukung dan dorong minat serta rasa ingin tahunya. Bimbing si kecil untuk selalu berinisiatif agar kepercayaan dirinya tumbuh. Sikap empati juga perlu saat mendampinginya berkreasi. Jangan lupa selalu diawasi apa yang dilakukan si kecil agar ia tidak menggunakan benda-benda yang berbahaya saat bereksperimen. Misalnya barang yang mudah terbakar, mengandung bahan kimia, benda tajam, dan sebagainya.

Jangan Terlalu Ikut Campur!
Biarkan si kecil mengembangkan sendiri berbagai ide dalam benaknya, jangan memaksakan ide kita, harus begini dan harus begitu. Dengan demikian anak akan belajar bertanggung jawab dan mandiri. Jadi, bantu si kecil saat dia memang membutuhkan saja. Dengan catatan, bukan membantu secara penuh namun sekedar mengarahkan. Misalnya, menata balok-balokan yang di buat si kecil selalu runtuh.
Ternyata susunan baloknya tidak seimbang lantaran balok yang ukurannya kecil berada di bawah, sedangkan yang besar berada di atas. Di sini kita bisa memberi masukan dan contoh, bahwa balok yang paling besar ukurannya sebaiknya ditaruh paling bawah, begitu seterusnya. Dengan begitu, terjadi keseimbangan dan menara yang dibangunnya pasti berdiri kokoh.

Jangan Emosional!
Orangtua juga perlu bersabar, tidak marah atau emosional karena kadang sikap si kecil menjengkelkan bila merasa tidak sanggup melakukan sesuatu. Ia bisa ngambek, marah bahkan ngamuk. Wajar, anak mengungkapkan kekesalannya lantaran tidak sukses membuat sesuatu.
Jika anak tampak putus asa, berilah ia motivasi. Jelaskan bahwa anak sebenarnya memiliki potensi untuk berhasil. Kalau si kecil tetap juga tidak berhasil, boleh saja orangtua menghibur kegundahan hatinya. Katakan di lain waktu pasti ia bisa menyelesaikan apa yang diinginkannya. Sekali lagi, orangtua harus berempati. Pahami perasaan si kecil, karena dengan sikap empati dapat mengembalikan rasa percaya diri si anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar